dakwatuna.com - As-Shaff yang bermakna barisan
adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang patut menjadi bahan
renungan bagi para da’i. Surat ini merupakan
Ma’alim fii at-Thoriiq
(petunjuk jalan) bagi aktivis dakwah. Surat ini walaupun pendek tetapi
mencakup semua yang dibutuhkan para da’i dari aqidah, akhlak, sejarah,
ukhuwah, obyek dakwah, sampai pada puncak ajaran Islam, yaitu Jihad di
jalan Allah. Sehingga para kader wajib menghafalnya, mentadaburinya
secara berulang-ulang dan mengamalkannya dalam aktivitas dakwah mereka.
Nama surat biasanya menjadi tema sentral dari substansi surat tersebut, demikian juga surat
As-Shaff. Shaff
adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan
dalam dakwah, jihad dan pergerakan Islam. Bahkan kesatuan shaff adalah
persyaratan mutlak bagi kemenangan pergerakan dan dakwah Islam. Tanpa
adanya kesatuan shaff, maka akan menimbulkan dampak langsung bagi
kekalahan dan kegagalan dakwah dan perjuangan. Kisah perang Uhud
merupakan salah satu bukti dari kekalahan perang disebabkan shaff yang
berantakan, padahal sebelumnya sudah berada diambang kemenangan.
Namun
demikian kesatuan shaff merupakan proses panjang dari realisasi aktivis
dakwah terhadap nilai-nilai Islam. Kekuatan dan kekokohan shaff apalagi
digambarkan Al-Qur’an sebagai
kal-bunyaan al-marsuus (seperti
bangunan yang kokoh) sangat terkait dengan nilai yang paling fundamental
dari aktivis harakoh yaitu aqidah, ukhuwah dan fikrah Islam. Tanpa ada
kekuatan aqidah, ukhuwah dan pemahaman yang mendalam terhadap fikrah
Islam, maka mustahil kesatuan dan kekokohan shaff yang digambarkan
Al-Qur’an dapat tercapai. Maka marilah kita merenungi apakah shaff
dakwah kita sudah kokoh ? Apakah shaff Partai kita sudah bersatu dan
kuat kal-bunyaan al-marsuus ?
Dan jika kita melihat realitas
Partai Dakwah sekarang, maka sesungguhnya kita sangat membutuhkan
pemimpin, figur dan tokoh Dakwah yang dapat mengokohkan shaff dan
ukhuwah itu. Karena kesatuan shaff dan kekuatan ukhuwah adalah sesuatu
yang paling prinsip dan mendasar dalam dakwah ini. Kita sangat
membutuhkan pemimpin teladan yang dapat menjadi panutan para aktivis
dakwah lainnya. Kita membutuhkan pemimpin yang zuhud yang dapat
membebaskan dirinya dari fitnah harta dan jabatan.
Perjalanan
dakwah masih panjang dan ujian dakwah sudah menghadang ditengah kita.
Terkadang para da’i berhasil menghadapi ujian kesulitan dan penderitaan,
tetapi tidak berhasil menghadapi ujian kemudahan dan kelezatan dunia,
baik harta, wanita maupun jabatan. Dan demikianlah yang pernah
diungkapkan oleh generasi terdahulu kita: Ubtuliina bid-dhorraa
fashabarnaa ubtuliinaa bis-sharraa falam nashbir (kami diuji dengan
kesulitan, maka kami bersabar, kami diuji dengan kemudahan tetapi kami
tidak sabar). Oleh karenanya, hanya aktivis dakwah yang ikhlaslah yang
dapat berhasil keluar dari ujian dan fitnah dalam dakwah tersebut
Surat
As-Shaff memberikan Ma’alim fii at-Thariiq bagi para da’i agar tidak
menyimpang dalam dakwahnya dan agar tetap teguh dalam shaff yang rapi
dan kokoh walaupun ujian, fitnah dan cobaan dalam dakwah datang
menghadangnya. Dan marilah kita renungi satu-persatu ayat-ayat dalam
surat tersebut.
Tasbih kepada Allah (At-Tasbiih Lillah)
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
1.
Bertasbih
kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi;
dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Seluruh
mahluk Allah yang ada di langit dan bumi melantunkan tasbih kepada Allah
SWT. Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Mereka bertasbih dengan
bahasanya masing-masing. Maka manusia sebagai mahluk Allah yang paling
sempurna lebih layak untuk bertasbih. Dan para da’i yang senantiasa
mengajak manusia agar beribadah dan menyembah Allah lebih layak lagi
untuk bertasbih, mensucikan dan mengagungkan Allah SWT. Subhanallah,
walhamdulillah, walaa ilaha illallahu Allahu Akbar. Kehidupan para da’i
adalah kehidupan tasbih, dzikir dan do’a. Kehidupan aktivis dakwah
adalah kehidupan shalat, tilawah Al-Qur’an dan menyembah Allah SWT.
Modal
utama yang harus dimiliki oleh aktivis harakah adalah quwwatus shilah
billah (kekuatan hubungan dengan Allah). Tanpa modal itu, maka percuma
menjadi kader dakwah dan tidak akan berhasil menjadi kader dakwah.
Karena perjalanan dakwah adalah perjalanan yang sulit, berliku, banyak
rintangan dan panjang. Dan itu tidak akan dapat dilampui, kecuali
aktivis dakwah yang memiliki quwwatus shilah billah. Pelajaran inilah
yang kita dapatkan dari turunnya surat Al-Muzammil yang mengiringi tugas
berat Rasul saw. mendakwahi kaumnya. Surat Al-Muzzamil mengajarkan
kepada para da’i pentingnya membangun quwwatus shilah billah dengan
sholat malam dan tilawatul Qur’an.
Kejujuran dalam Berkata (Shidqul Kalam)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
2.
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Allah
SWT. menegur keras orang beriman dan aktivis dakwah yang mengatakan apa
yang tidak diperbuat, bahkan Allah SWT. sangat membencinya. Karena
aktivitas yang dominan dilakukan para da’i adalah dakwah yang banyak
menggunakan ucapan. Sehingga ucapan itu harus diselaraskan dengan
perbuatan. Karena ucapan yang tidak sesuai dengan perbuatan dan
kenyataan adalah dusta yang merupakan sifat munafik. Sehingga kejujuran
adalah modal utama berikutnya bagi para da’i.
Dan kejujuran harus
dilakukan para da’i dalam dakwahnya. Jujur dalam menyampaikan risalah
Islam, jujur dalam bersikap dan jujur dalam berkata-kata. Salah satu
ajaran Islam yang terpenting adalah jihad dan berperang melawan musuh
Allah. Tetapi kita menyaksikan banyak para penceramah yang sudah dikenal
oleh orang banyak dengan sebutan ustadz atau kyai dan sebutan lainnya
tidak jujur dalam menyampaikan Islam. Mereka tidak berani menyampaikan
jihad, dan kalaupun menyampaikan kata jihad, maka dibatasinya dalam
ruang lingkup yang sempit, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Atau semua
bentuk jihad disebutkan, kecuali jihad dalam memerangi musuh Allah, baik
musuh Allah itu Yahudi, Kristen maupun orang kafir lainnya.
Kejujuran
dalam berkata dan bersikap merupakan keharusan bagi setiap muslim
apalagi para kader dan pemimpin dakwah yang menyampaikan nilai-nilai
Islam. Para kader dakwah tidak boleh memiliki standar ganda dalam
perkataan dan sikap. Karena standar ganda akan merusak barisan dakwah
dan menggagalkan perjuangannya. Syuro’ yang dilakukan Rasulullah saw.
sebelum perang Uhud merupakan sikap kejujuran yang paling baik yang
terjadi pada diri Rasul dan sahabatnya. Ketika terjadi musyawarah
sebagian besar sahabat menghendaki peperangan dilakukan di luar Madinah,
sementara Rasulullah saw. cenderung peperangan dilakukan di Madinah.
Pendapat Rasul diikuti sahabat lain, tetapi mayoritas sahabat terutama
para pemuda yang belum ikut perang Badar menghendaki perang dilakukan
diluar Madinah. Akhirnya, Rasulullah saw. mengikuti pendapat mayoritas
dan perang dilakukan diluar Madinah. Dan Rasulullah saw. memimpin
langsung perang tersebut. Demikianlah, kejujuran adalah bagian dari
prinsip bagi kader dan pemimpin dakwah dalam aktivitas dakwahnya.
Perang di Jalan Allah dalam Satu Barisan yang Kuat (Al-Qitaal fii Sabilillah Shaffan)
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
4.
Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.
Kehidupan di dunia sejatinya merupakan peperangan
antara kebenaran dan kebatilan. Perang antara para pengikut kebenaran
dan pengikut kebatilan semenjak mulai nabi Adam as versus Iblis
la’natullah. Inilah logika dan aqidah yang harus melandasi para da’i
dalam berdakwah. Dan puncak peperangan adalah perang fisik dan perang
peradaban. Peradaban Materialisme dan Peradaban Islam akan terus menerus
bersaing dan berperang untuk meraih kemenangan. Peradaban Materialisme
di komandani oleh penguasa kafir dan diktator dari dahulu sampai akhir
zaman. Mereka adalah Namrud, Firaun, Qorun, Abu Jahal, Abu Lahab, Lenin,
Stalin, Hitler, Goerge Bush dan anaknya Goerge Walker Bush, Ariel Saron
dll. Sedangkan peradaban Islam dipimpin oleh para nabi as sampai nabi
terakhir nabi Muhammad saw. Khulafaur Rasyidin, dan para ulama yang
tegak membawa panji kebenaran.
Perang fisik memang jalan terakhir
jika orang-orang kafir tidak mempan dengan logika dan fikiran. Karena
Islam, sesuai dengan namanya adalah agama cinta damai dan mengutamakan
perdamaian. Perang fisik bukanlah tujuan, tetapi sarana agar orang hanya
tunduk kepada kebenaran dan agar tidak ada lagi fitnah yang disebarkan
musuh-musuh Allah. Islam menghendaki tidak ada kerusakan dan kezhaliman
di muka bumi. Dan para da’i bertugas untuk mengajak manusia agar mereka
tunduk kepada kebenaran, tidak melakukan kezhaliman dan kerusakan.
Pada
saat jalan lain buntu, tujuan perdamaian tidak tercapai dan manusia
tidak merasa aman, maka perang fisik adalah sarana yang paling ampuh
untuk menegakkan keamanan dan perdamaian tersebut. Allah SWT. berfirman,
artinya:” Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu
dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat
para mu’min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan
orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras
siksaan (Nya)” (QS An-Nisaa’ 84).
Mengambil Pelajaran dari Dakwah Para Rasul as. (Akhdzul ibroh min Da’watir Rusul)
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ
تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ
اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
5.
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa
kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik.
وَإِذْ قَالَ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ
وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
فَلَمَّا
جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
6. Dan
(ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang
turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Para
Rasul yang besar adalah Rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi, mereka
adalah nabi Nuh as., nabi Ibrahim as., nabi Musa as., nabi Isa as., dan
nabi Muhammad saw. Dan dalam surat ini menceritakan dua nabi besar yang
pengikutnya paling besar setelah nabi Muhammad saw. Dan peradaban umat
manusia terbesar sekarang dari ketiga pengikut nabi tersebut, yaitu nabi
Musa as. nabi Isa as. dan nabi Muhammad saw. Nabi Musa as. diklaim oleh
bangsa Yahudi, walaupun mereka sendiri mengingkari ajaran nabi Musa as.
dan kitab sucinya. Sedangkan nabi Isa as diklaim oleh kaum Nashrani
(Kristen), walaupun mereka mengingkari ajaran tauhid nabi Isa dan
kitabnya. Dan kedua nabi besar tersebut berasal dari Bani Israil yang
sekarang mendominasi masyarakat barat. Sedangkan umat nabi Muhammad saw.
adalah umat Islam yang mendiami dunia Islam dan sebagian di wilayah
lainnya.
Kedua ayat diatas menceritakan bagaimana keingkaran umat
nabi Musa as. dan umat nabi Isa as pada nabinya. Jadi jika nabi dari
kaumnya sendiri saja diingkari, apalagi jika datang nabi dari kaum yang
lain, yaitu nabi Muhammad dari bangsa Arab. Inilah yang sekarang
terjadi, permusuhan dan kebencian Yahudi dan Nashrani kepada Islam dan
umat Islam. Dan aqidah inilah yang harus diyakini oleh semua umat Islam.
Allah SWT. berfirman, artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS Al-
Baqarah 120).
Dan ayat-ayat berikutnya dari surat As-Shaff akan
menceritakan bagaimana kebencian dan upaya orang-orang kafir tersebut
memusuhi Islam dan umat Islam. Dan bagaimana mereka berupaya semaksimal
mungkin memadamkan cahaya Islam tersebut.
Mengetahui Hakekat Orang Kafir (Ma’rifah Haqiqat al-Kuffar)
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى
إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
7.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
8.
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir benci.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
9.
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun
orang-orang musyrik benci.
Berdagang dengan Allah (At-Tijarah Ma’allah Ta’ala)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
10.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ
11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
12. niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
13.
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan
dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang beriman.
Jadilah Penolong Allah (Kunuu Anshrallah)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ
قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ
بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
14.
Hai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah
sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya
yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk
menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:
“Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani
Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka,
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Dan puncak dari
tawaran Allah adalah tawaran untuk menjadi penolong Allah (Anshorullah).
Maukah kita menjadi tentara Allah ? Maukah kita menjadi penolong Allah ?
Padahal sejatinya Allah tidak membutuhkan pertolongan kita. Tetapi
inilah bahasa yang sangat indah, bujukan yang sangat halus, ajakan yang
tidak ada yang bisa menangkapnya kecuali orang-orang yang beriman dan
para da’i yang hatinya hidup serta siap memberikan sesuatu yang terbaik
untuk agama Allah. Dan sebagai buahnya adalah dominasi dan kemenangan
Islam serta kejayaan umat Islam. Wallahu A’lam Bishawaab.